Aksi unjuk rasa mahasiswa yang digelar memperingati 13 tahun reformasi, di Kota Palopo diwarnai dengan pembakaran bendera partai Demokrat. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes karena pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono dinilai gagal mengembang amanah reformasi.
“KAMI meminta presiden dan wakilnya segera melaksanakan agenda reformasi,” kata Ridwan Bakokang, koordinator Front Oposisi Rakyat Indonesia di Palopo.Saat pengunjuk rasa membakar dan mengambil bendera dari pinggir jalan, petugas keamanan yang menyaksikan tak berbuat apa-apa.
Selain melakukan aksi pembakaran, mereka juga menabur bunga untuk mengenang korban yang meninggal saat memperjuangkan reformasi 13 tahun lalu. Ridwan menambahkan, mereka juga mendesak pemerintah untuk menegakkan supremasi hukum dan menolak liberalisasi serta komersialisasi pendidikan.
Sementara di Makasar, puluhan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar juga menggelar aksi di depan kampusnya di Jalan Sultan Alauddin.
Menurutnya gerakan reformasi yang diperjuangkan oleh mahasiswa pada tahun 1998 sampai sekarang belum jelas.Mereka menuntut pemerintahan SBY-Boediono turun karena dianggap gagal. “Gulingkan rezim SBY karena gagal mensejahterakan rakyat,”kata Umar, koordinator aksi.
Kalau mau jujur melihat fakta sejarah, partai Demokrat itu lahir karena memanfaatkan reformasi. Orang-orang yang kemudian mendirikan dan membesarkan partai ini, adalah orang-orang yang samasekali yang tak mengucurkan keringat (apalagi berdarah-darah) saat mahasiswa berjuang menumbangkan rezim Soeharto saat itu. Bahkan, kalau menilik elit Demokrat, sebagian besar berasal dari politisi kutu loncat dari Golkar-ORBA dan PDIP. SBY sendiri, saat itu bagian dari ORBA yang menjabat sebagai Kasospol ABRI, sebuah jabatan paling strategis dan jabatan yang paling banyak bertanggung jawab atas segala macam rekayasa dunia politik zaman ORBA.
Mereka semua yang duduk di Demokrat itu, sebagian terbesarnya, hanyalah orang-orang pembonceng liar reformasi, yang kemudian karena pintar memanfaatkan moment demokrasi ... naik ke panggung kekuasaan dan menjadi elit di masa rezim penguasa saat ini. Makanya, paradigma mereka tak pernah berubah, hakekatnya tetap saja ORBA, yang kepeduliaannya pada nasib rakyat kecil sangat minim sekali. Sangat pro asing dan modal asing, seperti halnya perilaku elit Golkar zaman Eyang Harto dengan ORBA-nya dulu.
Mereka semua yang duduk di Demokrat itu, sebagian terbesarnya, hanyalah orang-orang pembonceng liar reformasi, yang kemudian karena pintar memanfaatkan moment demokrasi ... naik ke panggung kekuasaan dan menjadi elit di masa rezim penguasa saat ini. Makanya, paradigma mereka tak pernah berubah, hakekatnya tetap saja ORBA, yang kepeduliaannya pada nasib rakyat kecil sangat minim sekali. Sangat pro asing dan modal asing, seperti halnya perilaku elit Golkar zaman Eyang Harto dengan ORBA-nya dulu.
sumber
0 komentar:
Posting Komentar