Penyanderaan Kapal Sinar Kudus berikut 20 anak buah kapal, merupakan jejak panjang teror perompak Somalia. Selama bertahun-tahun kelompok ini terus membajak. Padahal patroli laut tentara internasional sudah digelar di wilayah Teluk Aden dan lepas pantai Somalia. Tapi nyatanya, perompakan terus terjadi. Patroli itu dianggap sepi.
Kapal milik PT Samudra Indonesia, Sinar Kudus, dibajak 50 perompak Somalia sejak 16 Maret 2011. Kapal itu dihadang di sekitar 320 mil timur laut Pulau Socotra. Kapal Indonesia itu kemudian digunakan para pembajak untuk menyerang kapal Liberia. Namun aksi bajak laut itu gagal setelah terjadi adu tembak dengan petugas keamanan.
Akhirnya, seperti lazimnya perompak, mereka meminta tebusan. Terakhir, para perompak meminta tebusan US$3,5 juta. Naik dari permintaan sebelumnya yang hanya US$2,5 juta. Alasannya karena pemerintah Indonesia telat merespon.
Data serangan perompak menunjukkan pada tahun 2008, tercatat adanya 111 serangan ke kapal-kapal niaga yang berlalu-lalang di Teluk Aden. Sebanyak 42 serangan itu berhasil dimenangkan perompak. Pada tahun itu terdapat 30.000 kapal yang lalu lalang di Teluk Aden.
Pada bulan Januari-Februari 2009, serangan semakin meningkat. Dari 79 serangan perompak, 21 berhasil perompak menangkan.
Keuntungan perompak dari kegiatan merampok juga fantastis. Mereka mendapat uang tebusan sebesar USS$58 juta pada tahun 2009. Di tahun 2010, pendapat perompak dari uang tebusan diperkirakan mencapai US$238 juta. Sementara kerugian yang harus ditanggung korban perompakan, mencapai US$7-12 miliar dolar per tahun.
Dari keuntungan itu, para perompak kemudian membelikan senjata dan kapal cepat. Senjata yang mereka miliki diduga didatangkan dari Yaman. Dan sebagian lainnya didatangkan dari Mogadishu, ibu kota Somalia. Senjata-senjata itu adalah AK47, pelontar granat RPG-7, granat tangan dan pistol otomatis.
Dilihat dari sejarahnya, perompak Somalia sudah mengganas selama bertahun-tahun. Teluk Aden boleh dibilang daerah perlintasan kapal paling tidak aman di dunia. Jagal. dan perompakan amat sering terjadi di sini.
Kemiskinan adalah salah satu pemicu perompakan. Pendapatan perkapita penduduk Somalia hanya US$600 setahun. Ini membuatnya menjadi negara termiskin dunia. Sedang penghasilan harian 73 persen penduduk Somalia juga kurang dari US$2.
Itulah kenapa banyak yang ingin ikut merompak. Banyak dari perompak berusia 20 sampai 35 tahun. Mereka kebanyakan datang dari Puntland, di sebelah tenggara Somalia. The East African Seafares Association memperkirakan terdapat lima kelompok dengan kekuatan 1000 orang bersenjata.
Sementara menurut Global Security, ada empat kelompok perompak teluk Somalia. Salah satunya dipimpin Garaad Mohamed. Dia memiliki kekhususan untuk mencegat kapal barang dan nelayan di sekitar Kismavo di selatan Teluk. Lalu ada kelompok Marka yang dipimpin Yusuf Mohammes Siad Inda’ade yang beroperasi di daerah Marka.
Kelompok ketiga perompak yang terpenting beroperasi di daerah Puntland sehingga sering disebut kelompok Puntland. Lalu ada Tentara Laut Somali. Kelompok terakhir ini lebih canggih dengan pembagian kerja layaknya organisasi tentara laut. Misalnya ada laksamana, wakil laksamana, kolonel dan semacamnya.
Pemerintah Somalia sendiri tidak berfungsi efektif akibat perang saudara tahun 1991.