Citra Norwegia sebagai negara antikekerasan yang rutin menggelar penganugerahan Nobel Perdamaian Dunia seolah runtuh. Bom berkekuatan besar meledak di pusat pemerintahan di Oslo, Jumat 22 Juli 2011. Dua jam usai ledakan, tragedi berlanjut dengan aksi penembakan brutal di Pulau Utoya, 30 kilometer dari Oslo. Lebih 80 orang tewas di pulau itu.
Anders Behring Breivik, pria 32 tahun berperawakan tinggi, dengan rambut pirang dan mata biru, dituding sebagai biang keladi tragedi kemanusiaan terburuk sejak Perang Dunia II yang melanda negara Skandinavia itu.
Enam jam sebelum aksi sadis itu, Breivik muncul melalui video berdurasi 12 menit bertajuk 'Knights Templar 2083' yang diunggah di YouTube. Berpose lengkap dengan senapan otomatis yang digunakan untuk membunuh, ia mengkampanyekan kebencian terhadap Islam dan paham Marxisme. Ia mempersiapkan diri untuk perang salib berikutnya.
"Sebelum memulai Perang Salib, kita harus melakukan tugas kita dengan menebangi budaya Marxisme," demikian salah satu teks yang menyertai video yang diunggah dengan akun BerwickAndrew tersebut. Video itu telah dihapus oleh pengelola YouTube lantaran dianggap terlalu rasis.
"(Jika) para multikulturalis elit Eropa terus menolak mengalihkan kekuasaan politik dan militer kepada kekuatan konservatif revolusioner kita, maka Perang Dunia II mungkin akan terlihat seperti piknik bila dibandingkan dengan pembantaian yang akan datang," bunyi teks lainnya di video tersebut.
Dengan nama samaran Andrew Berwick, ia juga meninggalkan catatan dalam dokumen sepanjang 1.500 halaman yang diunggah di situs Norwegia document.no. Video dan dokumen itu tegas menggambarkan sosoknya yang seorang ekstrimis sayap kanan, Kristen fundamentalis, anti-Islam, anti-Marxisme, anti-imigran, dan anti-multikulturalisme.
Tak hanya itu, Breivik pun membuat akun Facebook dan Twitter sekitar seminggu sebelum melancarkan aksinya. Dari informasi yang tertera di Facebook, Breivik pernah mengenyam sekolah bisnis di barat Oslo. Ia juga memiliki sebuah peternakan di kota kecil Rena, yang dinamai Breivik Geofarm.
Masih di halaman Facebook-nya yang kini telah dibekukan, Breivik menulis berhaluan politik konservatif dan memiliki hobi berburu. Buku-buku favoritnya antara lain 'On Liberty' karangan John Stuart Mill, '1984' karya George Orwell, dan 'The Trial' karangan Franz Kafka.
Sementara di Twitter, ia baru membuat satu tweet pada 17 Juli lalu. Menyebut diri sebagai filsuf dan ekonom, ia membuat tweet, "Seorang yang memiliki keyakinan setara dengan kekuatan 100 ribu orang yang hanya memiliki rasa ketertarikan."
Sebagai seorang Kristen fundamentalis, Breivik tampaknya gelisah dengan semakin banyaknya umat agama lain di Eropa. Sekitar 10 tahun, ia aktif sebagai anggota Partai Kemajuan yang kerap menimbulkan perdebatan menyangkut sikap anti-imigran dan anti-multikulturalisme. Partai Kemajuan kini menjadi oposisi. Sementara yang menjadi sasaran serangannya di Pulau Utoya adalah pemuda yang tengah menghadiri Partai Buruh, partai berkuasa saat ini.
Aksi tunggal?
Berdasar dokumen internet yang kini disita polisi, Breivik diduga merencanakan aksinya sejak 2009. Ia memulainya dengan membangun bisnis pertanian sebagai kedok untuk pembelian bahan peledak. Terbukti pada Mei lalu, ia membeli sekitar 6 ton pupuk yang diduga kuat sebagai bahan baku bom yang meledak di jantung kota Oslo, Jumat lalu.
Jika akses membeli bahan baku bom ia miliki lewat usahanya di bidang pertanian, izin kepemilikan senjata api ia miliki melalui hobinya berburu. Di Norwegia, memiliki senjata api pribadi bukan hal sulit.
Pada 1 Januari 2010, sebanyak 439 ribu warga Norwegia tertera di Daftar Pemburu Norwegia. Itu artinya, setiap satu dari 10 warga Norwegia memiliki senjata api. Sebagian besar pemilik memilih senjata semi-otomatis dan senapan bolt-action dengan alasan untuk keperluan berburu.
Sementara kepiawaiannya menembak mungkin ia dapat melalui kegiatannya di organisasi sayap kanan neo-nazi Norwegia. Bersama anggota fanatik organisasi ini, ia aktif berlatih menembak di Oslo Gun Club untuk mempersiapkan perang salib berikutnya yang mereka yakini.
Sang pengacara, Geir Lippestad, mengatakan Breivik melakukan pemboman dan penembakan itu seorang diri. Merencanakannya sejak lama, Breivik menganggap kebrutalan yang dilakukannya merupakan suatu keharusan, meskipun sangat mengerikan. "Ia mengaku bertanggung jawab," kata sang pengacara.
Meski Breivik, yang tak memiliki catatan kriminal sebelumnya, mengaku sebagai pelaku tunggal, polisi tetap menelusuri kemungkinan keterlibatan orang lain dalam tragedi ini. "Keterangan para saksi penembakan di pulau Utoya membuat kami tidak yakin mengenai kepastian jumlah pelaku," kata Kepala Polisi Sveinung Sponheim.
Terlepas dari perdebatan aksi tunggal atau kelompok, tragedi kemanusiaan tersebut menunjukkan wajah terorisme sesungguhnya. Tragedi yang menewaskan lebih 90 korban tewas, dan puluhan korban luka itu, menegaskan bahwa terorisme tak terkait ajaran agama tertentu. Terorisme sebatas paham menebar ketakutan.
Sumber AP|Telegraph|Guardian|BBC
0 komentar:
Posting Komentar